LAPORAN KARYA TULIS
ILMIAH
KULIAH KERJA NYATA
PROFESI INTEGRAL TEMATIK POSDAYA
ANGKATAN 67 SEMESTER
ANTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014
UNIVERSITAS TADULAKO
PENDIDIKAN KARAKTER (KEPEMIMPINAN DAN RETORIKA)
(Studi Kasus Pembelajaran Pelajar SMA dan Pemuda Putus
Sekolah)
(di Desa Niubulan)
DESA :
NIUBULAN
KECAMATAN :
LOBU
KABUPATEN :
BANGGAI
Diajukan Untuk Salah Satu Syarat
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral
Tematik Posdaya
Universitas Tadulako Angkatan 67 Semester Antara
Tahun Akademik 2013/2014
Disusun Oleh
I NYOMAN SUDIANA
STB. B 501 10 016
PUSAT PENGEMBANGAN
WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATA
LEMBAGA PENGABDIAN
KEPADA
UNIVERSITAS TADULAKO
2013
HALAMAN
PENGESAHAN
PENDIDIKAN KARAKTER (KEPEMIMPINAN DAN RETORIKA)
(Studi Kasus
Pembelajaran Pelajar SMA dan Pemuda Putus Sekolah)
(di Desa Niubulan)
Nama :
I Nyoman Sudiana
Stambuk :
B 501 10 106
Program Studi :
Ilmu Komunikasi
Fakultas :
ISIP
Desa : Niubulan
Kecamatan :
Lobu
Kabupaten :
Pagimana
Laporan
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Di Periksa Dan Setujui
Sesuai
Saran-Saran Dosen Pembimbing
Palu, 15 September 2013
Mengetahui,
Kepala
Pusat Pengembangan Wilayah dan Kuliah Kerja Nyata Univ. Tadulako
Ir. RIDWAN, MP
Nip.
19660310 1995 12 1 001
|
Menyetujui
Dosen
Pembimbing
Drs. Amrin Tahawila
Nip.
19570503 198803 1 002
|
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis haturkan kepada Ide Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat_Nyalah sehingga
proposal ini dapat di selesaikan. Proposal ini di disusun sebagai syarat untuk
memenuhi tugas akhir dari mata kuliah “Metode Penelitian Komunikasi”.
Penulis menyadari bahwa Laporan Karya Tulis Ilmiah ini dapat di
selesaikan atas motivasi yang di berikan oleh dosen pengajar dan beberapa pihak
lainya.
Penulis
sepenuhnya menyadari bahwa segala sesuatu tak luput dari kekurangan sebab tak
ada didunia ini yang sempurna selain Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak guna meningkatkan
pengetahuan dalam penyususan penelitian kedepanya. Penulis juga berharapa apa
yang telah disusun dapat bermanfaat bagi semua pihak baik bagi mahasiswa
sebagai tinjauan dalam penyusunan proposal maupun masyarakat.
Akhir kata sekali lagi penulis
ucapakan banyak terimakasi kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan
proposal ini.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMANPENGESAHAN
.................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI
............................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ................................................................. 1
1.2
Rumusan
Permasalahan .................................................. 4
1.3
Maksud
dan Tujuan .......................................................... 4
1.4
Manfaat
Penelitian ............................................................ 4
1.5
Asumsi
Penelitian ............................................................. 5
1.6
Batasan
Masalah .............................................................. 6
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kepemimpinan
................................................................ 7
2.2
Retorika
........................................................................... 13
2.2.1
Pengertian Retorika ............................................... 13
2.2.2
Manfaat Retorika ................................................... 13
2.2.3 Sifat
Retorika ......................................................... 14
2.2.4 Tujuan
Retorika ..................................................... 15
2.2.5 Pidato
..................................................................... 17
BAB IV. METODE
PENELITIAN
3.1
Metode
Dasar Yang di Gunakan ................................... 20
3.2
Lokasi
da Sampel Penelitian ......................................... 20
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
yang dicapai............................................................ 21
4.2
Pembahasan
................................................................... 21
BAB
IV. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
.......................................................................... 26
5.2
Saran
Tindak........................................................................ 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Secara umum istilah “karakter” yang
sering disamakan dengan istilah “temperamen” ,”tabiat”, “watak” atau “akhlak”
yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang
dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah menurut
beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti : “kharacter” (latin)
berarti instrument of marking, “charessein” (Prancis) berarti to engrove
(mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci; “watak” (Indonesia) berarti
sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan
peringai. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang
dimiliki sejak lahir, Sehingga Doni Kusuma (2007:80) istilah karakter dianggap
sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. (Adian Husaini
,2010)
Pendidikan
karakter seharusnya diajarkan kepada anak-anak
ketika mulai beranjak dewasa. Sebab pada umunya anak-anak yang beranjak
keusia dewasa akan mencoba hal-hal yang baru tanpa memikirkan apakah hal itu
positif atau negatif. Ia akan mencoba dan
mengikuti apa saja hal baru yang dilihat
lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, pendidikan karakter sangat di perlukan
sebagai kontrol sosial bagi mereka yang baru saja berusia dewasa.
Pendidikan
karakter merupakan hal yang sangat penting di ajarkan khususnya di organisasi
ekstra yang ada di sekolah seperti Pramuka, PMR dan organisasi ekstra lainya. Karena selain dapat meningkatkan pengetahuan
tentang kehidupan masyarakat kegiatan
semacam itu dapat di jadikan sebagai tempat berekreasi bagi siswa-siswi. Sampai
saat ini pendidikan karakter jarang diberikan di sekolah ketika belajar di
kelas. Siswa hanya di ajarkan ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan Intelektual Quotient (IQ) atau kecerdasan
berfikir. Sementara itu siswa-siswa ketika telah menyelesaikan segala
pendidikanya dan mulai masuk dunia kerja kecerdasan intelektual tidak akan
cukup untuk menunjang kesuksesan karena selain memikiki IQ yang tinggi mereka
juga harus ditunjang dengan EQ (Emotional Quotient/Keceradan Emosional) dan SQ
(Spiritual Quotient/Kecerdasan yang seimbang.
Berdasarkan
fakta pendidikan
karakter adalah tidak kalah penting dibanding pendidikan
berbasis skill atau pengetahuan. Bila mengikuti skema klasifikasi quotient, ia
adalah cenderung masuk ke dalam EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual
Quotient). Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh
seseorang untuk merasakan apa yang dibutuhkan dan dirasakan oleh orang lain
sedangkan Kecerdasan Spiritual (SQ) merupkan kecerdasan yang dimiliki seseorang
dalam raung lingkup keagamaanya.
Menurut
beberapa para ahli pendidikan karakter memiliki arti sebagai berikut;
a) Menurut DR. Achmad Husen, M.Pd dkk,
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
b) Menurut Dr. Dr. Ratna Megawangi,
Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses mengetahui
kebaikan, mencintai kebaikan, dan berprilaku baik. Yakni, suatu proses
pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak
mulia bisa terukir menjadi kebiasaan fikiran, hati dan tangan (Semua Berakar
Pada Karakter, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2007)
c) Menurut Thomas Lickone, pendidikan
karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991) (sumber, Achmad Husen 2010)
Mengingat
pentingnya pendidikan karakter di kalangan remaja maka melalui Kuliah Kerja
Nyata (KKN), kami membuat suatu program kerja dimana pemuda dan pemudi yang ada
di desa Niubulan dapat di ajarkan pendidikan karakter dimana pada ruang lingkup
kepemimpinan dan retorika. Karena melalui pelatihan kepemimpinan dan retorika
pemuda dan pemudi akan terlatih secara mental agar siap tampil sebagai calon
pemimpin dimasa yang mendatang.
1.2.
Rumuan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil pada penelitian ini adalah bagaimana cara
meningkatkan pemuda dan pemudi yang ada di Desa Niubulan agar meliki Jiwa
kepemimpinan yang baik dan bagaimana agar menjadi Peretorika yang handal.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang ingin
dicapai dalam perlaksanaan program kerja Pedidikan
Karakter (Kepemimpinan dan Retorika) yaitu
untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan
pamuda dan pemudi yang ada di Desa Niubulan serta meningkatkan mental
pemuda dan pemudi dalam beretorika.
1.4 Manfaat Penelitian
Program
ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
1. secara
umum untuk meningkatkan pengetahuan pemuda dan pemudi tentang kepemimpinan dan retorika.
2. Meningkatkan
pengetahuan pamuda dan pemudi tentang gaya kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan
serta perbedaan kepemimpinan dan pemimpin
3. Meningkatkan
kemampuan pemuda dan pemudi dalam berpidato
4. Meningkatkan
mental pemuda dan pemudi untuk tampil di depan umum
5. 1.5 Asumsi
Penelitian
Adapun asumsi penelitian yaitu, bahwa metode pembelajaran
pendidikan karakter dapat menarik minat pemuda dan pemudi untuk menjadi seorang
pemimpin yang mahir berbicara di depan umum.
1.6 Batasan
Masalah
Adapun
batasan masalah yang ada didalam makalah ini adalah :
1. Metode
atau cara mengajar yang diberikan dalam pendidikan karakter ini disesuaikan
dengan keinginan pemuda dan pemudi untuk mempelajari Kepemimpinan dan Retorikan
2. Tempat
untuk pelaksanaan program PENDIDIKAN
KARAKTER (KEPEMIMPINAN DAN RETORIKA)
adalah siswa siswi SMA dan Pemuda-pemudi yang ada di Desa Niubulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hal yang
sangat penting dalam manajerial, karena dengan kepemimpinan maka proses
manajemen akan berjalan dengan baik dan pegawai akan bergairah dalam melakukan
tugasnya. Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku bawahan dalam mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para bawahannya,
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan kerja kelompok dan kerjasama
orang-orang di luar kelompok.
Menurut Robbins & Judge (2008 :
315) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok
menuju pencapaian sasaran. Sedangkan Boone dan kurtz (1994) dalam Suwatno dan
Priansa (2011:140) kelompok mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan
memotivasi orang lain atau menyebabkan orang lain melakukan tugas tertentu
dengan tujuan untuk mencapai tujuan spesifik.
Dengan demikian maka kepemimpinan
pada dasarnya meliputi penggunaan pengaruh seseorang kepada orang lain yang
didalamnya terdapat proses komunikasi dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang
berhubungan dengan tujuan-tujuan individu, kelompok dan organisasi.
Literatur-literatur tentang
kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang
baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat
pemimpin yang baik. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan. Karenanya pemimpinlah yang bertanggungjawab atas
kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan suatu kesimpulan
yang medudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang
terpenting. Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu mempunyai
beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.
Kepemimpinan merupakan faktor
penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi pada saat-saat
sekarang ini dimana semua serba terbuka, maka kepemimpinan yang dibutuhkan
adalah pemimpin yang bisa memberdayakan dan memotivasi karyawannya.
Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah kepemimpinan
yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya
masing-masing.
Pemimpin merupakan dampak interaktif
dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi atau orang yang mampu
menggerakkan orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang
telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang
tinggi, dengan penuh semangat dan kegairahan dalam rnenyelesaikan pekerjaannya
masing-masing dengan hasil yang diharapkan. Pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang selain berorientasi pada tugas (task specialist) sekaligus
berorientasi pada hubungan antar manusia (human realtion specialist). Kelompok
yang berprestasi tinggi lazimnya mempunyai pemimpin yang dapat menyampaikan
harapan-harapan organisasi yang dibutuhkan. Sikap yang ditunjukkan oleh
pemimpin dalam mengkomunikasikan harapan-harapan mereka tentang kinerja akan
menentukan apakah mereka akan diterima oleh anggota kelompok atau tidak.
Dalam kenyataannya pemimpin dapat
mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kerja, terutama
tingkat prestasi kerja. Pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu
kelompok individu untuk mencapai tujuan. Menurut Kartono (1994:48) bahwa
kepemimpinan itu adalah sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik,
khas, diperlukan bagi suatu situasi khusus. Sebab dalam suatu kelompok yang
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan punya tujuan serta peralatan khusus,
pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari
situasi khusus tadi. Jelasnya, sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya
harus sesuai dan bisa diterima kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok
dengan situasi zamannya.
Pada umumnya pemimpin itu juga
memilki beberapa sifat - sifat superior melebihi kawan-kawan lainnya atau
melebihi para bawahannya. Paling sedikit dia harus memiliki superioritas dalam
satu atau dua kemampuan/keahlian sehingga kepemimpinannya bisa berwibawa.
Menurut Newman (1968) dikutip dalam
Handoko (2000:97) bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus
dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan bisa
terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi
perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan dapat pula dipandang
sebagai kepribadian (Personality) yang berpengaruh terhadap orang lain. Sarjana
terkenal Ordway Tead, misalnya pernah mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
merupakan suatu kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang
mampu mendorong orang lain untuk menyelesaikan tugas tertentu, pendapat ini
dikutip oleh Cahyono (1984 : 14), dipertegas oleh E.S. Bogardus dalam Umar
(2003 : 172) yang lebih jauh menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah merupakan
kepribadian yang bereaksi dalam kondisi-kondisi kelompok dan kepemimpinan tidak
saja merupakan suatu gejolak kelompok, akan tetapi kepemimpinan juga merupakan
suatu proses social yang mendalam mendominasi orang lain.
Kepemimpinan ada pula yang
membatasinya sebagai sesuatu yang bersifat seni atau seni (art) untuk
menciptakan keputusan orang lain. Batasan ini diambil dari Louis A. Allen dalam
Siagian melihat kepemimpinan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
yang di dalam aplikasinya membimbing dan mengarahkan orang lain (Siagian, 2002
: 94). Sementara Terry dalam Rivai berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
hubungan yang ada dalam diri orang dengan seseorang atau pimpinan, mempengaruhi
orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungannya dengan tugas untuk
mencapai yang diinginkan pemimpin (Rivai, 2004 : 167).
Konsepsi yang lebih jelas mengenai
kepemimpinan ialah yang dikemukakan oleh Copelan dalam Siagian (2003 : 85)
bahwa ia menegaskan bahwa kepemimpinan adalah merupakan seni memperlakukan
manusia lain, yaitu seni yang mempengaruhi sejumlah orang dengan persuasive
(ajakan) atau dengan teladan (contoh) untuk mengikuti serangkaian tindakan.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Copeland yang pernah dikutif oleh Cahyono (1984 :
65) bahwa persuasife berbeda dengan ―drivership‖ ataupun pengendalian, dimana
yang terakhir ini diartikan sebagai seni memaksakan sejumlah orang dengan cara
intimidasi atau kekuatan untuk mendorong semua pihak lainnya mengikuti
serangkaian tindakan.
Kepemimpinan merupakan topik yang
menarik perhatian banyak orang dan di definisikan dengan banyak cara.
Kepemimpinan dapat di definisikan berdasarkan ciri-ciri perilaku, pengaruh,
pola interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan administrati. Sebagian besar
di definisikan kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan
dengan proses yang di lakukan oleh seseorang untuk memengaruhi orang lain,
membimbing, membuat struktur, memfasilitasi akivitas, dan hubungan di dalam
suatu kelompok maupun organisasi (yukl, 2017
Banyak faktor yang memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam mencapai tujuanya, dalam
menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan, dan dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi, sebagian besar faktor tersebut
di pengaruhi oleh pemimpin, baik sifat yang melekat pada pemimpin maupun gaya
kepemimpinan yang di gunakan dalam mengolah organisasi tersebut (dongoran, 2004
dalam buku Danang Sucipto hal. 85)
Menurut Yukl (2007) kepemimpinan
adalah proses memengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang
harus mereka lakukan dan bagaimana melakukan tugas tersebut secara efektiv,
serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kelompok mencapai tujuan
bersama. Definisi tersebut tidak hanya
mencakup upaya untuk memengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan suatu kelompok
atau organisasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa semuanya di persiapkan
untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang. (Danang Sucipto hal. 85:
2009)
2.2 Retorika
2.2.1 Pengertian Retorika
Istilah retorika dapat ditemukan dalam
perbendaharaan bahasa inggris dengan kata rhetoric
yang berarti kepandaian berbicara atau berpidato sementara Hornby dan
Parnwell menjelaskan retorika sebagai
seni menggunakan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan
atau berbicara dengan banyak orang dengan menggunakan pertunjukan dari rekaan. Webster’s Tower Diktionary menyatakan rhetoric sebagai seni menggunakan bahasa secara
efektiv. Dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah retorica sebagai ilmu pidato
dalam arti pemakaian kata-kata
dengan gaya yang indah. (Kustadi Suhandang, 49: 2009)
2.1.2.
Manfaat Retorika
Ada beberapa manfaat yang di dapat dari
retorika yaitu :
a) Cakap
berpidato
b) Mepertinggi
kecakapan akademis dan profesionalisme
c) Kecakapan
diri dan sosial
d) Pemeliharaan
kebebasan dan keterbukaan masyarakat
2.2.3.
Sifat Retorika
Retorika selalu memiliki tujuan tertentu
dan dalam banyak kasus, pembicarakan merencanakan dan mempersiapkan pidatonya
lebih dulu. Biasanya ia menyampaikan pidato dengan berhadapan muka denga
audiens. Ada empat kemungkinan cara parapembicara menyampaikan pidatonya yaitu
dadakan, membaca teks, diucapkan tanpa teks dan dihafal lebih dulu.
Pidato
dadakan, adalah pidato yang materinya tidak di persiapkan lebih dahulu.
Cara ini lebih banyak disampaikan
seperti “ berbicara tanpa persiapan” atau “tanpa pemikiran lebih dulu”. Kita
akan menjumpai pada orang yang mahir pidato pada pertemuan bisnis, konferensi
pers, acara makan malam, rapat politik, atau ngobrol spontan dalam suatu
pertemuan. Terkadang untuk melakukan suatu pidato, kita mempersiapkanya lebih
dulu dengan membuat teksnya untuk di bicarakan pada saat berpidato. Misalnya,
beberapa politikus atau pejabat yang sangat memerlukan cara demikian, karna
umumnya mereka tidak ingin tergantung pada pembicaraan yang tidak di
persiapkan. Keburukan cara ini, nada bicara dari pembicara seperti membaca
sebagai halnya pada siaran radio. Dengan latihan praktik, tentunya hal ini bisa
di hindari.
Pidato tanpa teks, di maksudkan dengan
sepenuhnya di persiapkan dan latihan. Namun tidak di hapalkan dan disusun teks
lengkapnya. Pidato seperti ini lebih populer dan banyak yang mempelajarinya.
Namun demikian, walaupun berbicara tanpa persiapan ini di asumsikan bahwa kita
telah merencanakan suatu pembicara itu lebih dulu. Agar tidak terlihat kaku
dalam penampilan pembicara berpidato dengan membaca teks, adapula orang
menghapal teks yang telah di persiapkan lebih dahulu. Dengan demikian, nada
pidatonya tidak seperti orang membaca namun, menjadi masalah jika kemudian ada
bagian teks yang terlupakan atau tidak dihafalkan. Hal demikian akan
menimbulkan berbagai sikap dan perasaan cemas pada pembicara, kecuali kalau ia
cerdik untuk menanggulanginya, di antaranya dengan menyisipkan suatu pembicaraa
n yang bersifat humor.
2.2.3.
Tujua Retorika
Kita tidak akan berbicara untuk pamer
atau menghabiskan waktu, sebab menurut Bernard Berelson dalam bukunya Wilbur Schram (1965:110) orang
tidak akan menyenangi penyampaian pesan yang bersifat mencemarkan orang lain,
terlalu pamer, dan berlebihan. Semua pidato mengandung maksud tertentu, karna
kita mesti mengetahui pasti apa yang kita harapkan dengan penyampaian pidato
itu. Umunya pidato tertuju pada empat maksud, yaitu : memberitahu (in inform), menghibur (to entartain), memperkuat kepercayaan (to strengthen belief) dan
mengubah kepercayaan (to change belief).
Apabila ingin memberikan suatu
perintah, penerangan, penjelasan maka
tujuan kita adalah “memberitahu” banyak
pembicara yang tergolong pada kategori ini, seperti dosen yang memberi
kuliah, perintah komandan, penjelasan
ilmuan dan sebaginya. Bahkan banyak pendidikan di terima melalui pidato yang
bertujuan memberitahu dan menjelaskan hal yang belum di ketahui oleh anak
didiknya.
Pidato yang “menghibur” bertujuan
membuat para pendengar tertawa dan tertarik perhatianya. Pidato jenis ini di bumbui
homur, sindiran atau laporan ringan dari suatu masalah yang berat. Hal yang
bersifat sosial seperti berbicara pada
suatu pegelaran banquest merupakan
jenis pidato hiburan yang diucapkan sesudah makan bersama.
Apabila kita bermaksud memperkuat
nilai, sikap atau kepercayaan yang ada
atau ingin memberikan semangat atau mendorong dan merangsang para pendengar agar berbuat sesuatu,
hendaknya kita berpidato yang bersifat “memperkuat kepercayaan”. Syarat
terpenting untuk itu adalah membuat para
hadirin percaya atau mengakui anggapan
serta pandangan utama kita terhadap
masalah yang di kemukakan. Pidato yang memperkuat kepercayaan lazimnya
di dengar pada upacara-upacara akhir pendidikan, rapat raksasa (yang membakar
semangat), pertemuan politik dan Khotbah.
Apabila kita ingin mayakinkan
audiens agar menerima suatu sikap, kepercayaan atau tindakan, sedangkan mereka
acuh tak acuh bahkan bersikap memusuhi, maka kita harus “mengubah kepercayaan”.
Dalam hal ini pidato di arahkan pada hadirin yang menentang atau juga bersikap netral terhadap
masalah yang di sampaikan. (Kustadi
Suhandang 2009:74-75)
2.3.4.
Pidato
pidato atau isitilah dalam bahasa
inggris di sebut Public Speaking, pada hakikatnya adalah berbicara di muka umum
baik langsung maupun tidak. Langsung dalam arti si pembicara langsung
berkomunikasi secara berhadapan muka dengan hadirinya. Namun pidato pun bisa di
lakukan secara tidak langasung, yaitu
berbicara melalui media massa untuk kosumsi umum. Dalam hal ini pesan
komunikasi atau materi pembicaraan
dasalurkan dari si pembicara melalui media massa kepada khalayak.
Pidato, baik secara langsung mapun tidak langsung pada dasarnya merupakan suatu
komunikasi lisan dimana seorang pembicara menyampaiakan buah pikira atau
perasaanya kepada sejumlah pendengar untuk tujuan tertentu sesuai dengan
kehendaknya. Kegiatan demikian tiada lain merupakan salah satu jenis proses
retorika.
Pada umunya ada tiga tipe pidato.
Tipe pidato yang dipilih tergantung pada tujuan kita berpidato, meskipun tidak
mudah menarik garis perbedaan dari ketiga tipe itu. Perbedaan di maksud lebih
didasarkan pada tujuan praktis dan pendidikan ketimbang disebabkan oleh
terbentuknya yang tampil. Ketiga tujuan pidato yang dimaksud adalah
memberitahu, membujuk dan mengisi mata acara pada upacara-upacara tertentu.
Pidato
memberitahu (informatif) dirancang untuk menciptakan pengertian dalam arti
menjelaskan , memberi penerangan, memperbaiki kesalahpahaman, mendemonstrasikan
sesuatu yang bekerja dan di kerjakan menjelaskan dan menjelaskan bagaimana
sesuatu di susun. Dalam pidato infomatif
tersebut kita lebih banyak mengandalkan
bahan-bahan yang berperan lebih
menjelaskan, misalnya ilusrtasi, definisi, peragaan, dan sebagainya. Oleh
karena itu prinsip utama dari pidato tersebut berpusat pada aspek deskripsi,
definisi dan demonstrasi.
Pidato
membujuk (persuasif) dirancang agar memengaruhi hadirin, dalam arti
memperkuat sikap atau mengubah prilaku, memotivasi prilaku atau mengalihkan
cara hadirin bertindak. Pidato model ini lebih banyak mengandalkan bahan yang
berbobot kenyataan, seperti fakta, argumen, dan saran yang bersifat psikologi.
Banyak pidato persuasif yang merupakan
bagian dari pidato informatif dan berisi bahan yang bersifat memperkuat, menjelaskan, mendefinisikan dan
sebagainya. Namun dalam pidato membujuk , selain pemberitahuan tadi, juga
pembahasanya di pusatkan pada memperkuat
dan mengubah sikap serta prilak, harus di rancang melalui penggunaan fakta,
argumen dan motivasi yang kuat.
Pidato
dalam kesempatan yang khusus berisi unsur informatif dan persuasif, namun
demikian cukup berbeda dalam hal
penggunaanya. Dengan “kesempatan yang khusus” di artikan untuk memperkenalkan
pembicara atau kelompok pembicara
lainya, untuk memberikan penghargaan atau penghormatan kepada seseorang
(tokoh, pejabat, dan sebagainya). Institusi atau peristiwa yang mungkin sangat penting, untuk menjamin
budi baik seseorang, institus, jalan hidup dan pendirianya. Pidato demian
seperti halnya pada saat kita memberikan apresiasi terhadap seseorang, sangat
erat hubunganya dengan pidato persuasif. (Kustadi Suhandang 2009:207-210)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode
Dasar Penelitian
Program kerja ini dilaksanakan oleh mahasiswa
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Profesi Integral Angkatan 67 Semester
Antara 20013/2014 di Desa Niubulan Kecamatan Lobu Kabupaten Banggai yaitu mengunakan model pembelajaran metematika yang
baik adalah pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menggunakan penekanan pada keterkaitan antara konsep – konsep
matematika dengan pengalaman sehari – hari.
3.2 Lokasi Dan Sampel Penelitian
Lokasi
penelitian bertempat di Desa Niubulan Kecamatan Lobu Kabupaten Banggai. Dengan objek adalah siswa-siswi SMA dan
pemuada yang ada di desa Niubulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Yang Dicapai
Program Kerja Profesi pada Kuliah Kerja Nyata Tematik POSDAYA Profesi Integral
Angkatan 67 Semester Antara 20013/2014 di Desa Niubulan Kecamatan Lobu
Kabupaten Banggai.dalam ilmuan Ilmu Komuniasi dilaksanakan mulai dari minggu
pertama bulan Juli sampai minggu ketiga bulan Agustus 2013 sebanyak 10 kali.
Kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar dan hasil yang dicapai sebesar
100%.
4.2 Pembahasan
Masalah siswa dan siswi serta pemuda yang ada
di desa Niubulan setelah kami melakukan observasi adalah masih kurangnya
pembelajaran mengenai pendidikan karakter baik pada proses pembelajaran di
sekolah maupun pada kegiatan-kegiatan eksrta ataupun organisai yang ada di desa
tersebut. Sehingga pengetahuan siswa-siswi dan pemuda yang ada di desa tersebut
masih kurang mengenai kepemimpinan dan retorika. Maka melalui Kuliah Kerja
Nyata kami membuat program Pendidikan Karakter yang mencakup tentang
Kepemimpinan dan Retorika dengan maksud agar para siswa siswi dan pemuda yang
ada di desa Niubulan paham terhadap kepemimpinan dan dapat beretorika di depan
umum dengan baik.
Program Pendidikan
Karakter yang terprogram tersebut, dilaksanakan pada malam hari Rabu dan
hari Jumat berdasarkan kesepakatan pada saat Lokakarya Desa. Dimana tujuanya
adalah melalui pendidikan Karakter para siswa siswi dan pemuda yang ada di desa
Niubulan memiliki karakter yang lebih baik dan unggul di bandingkan dengan desa
lain. Selain itu, Program Pendidikan
Karakter ini merupakan pertama kali
dilaksanakan di desa ini setelah beberapa kali Universitas menerjunkan
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata. Sehingga warga sekitar dengan antusias menyambut
program kerja tersebut dengan harapan memberikan perubahan kepada siswa siswi
dan pemuda yang ada di desa tersebut.
Secara umum siswa siswi dan pemuda yang
mengikuti Program Kerja Pendidikan Karakter memiliki sklill yang sangat baik
sehingga tidak begitu sulit untuk menerapkan apa yang di ajarkan. Hal ini disebabkan yang menjadi sampel pada penelitian ini
adalah siswa siswi SMA dan Pemuda yang sudah tentu pernah mendengar apa yang di
ajarkan pada pelatihan kepemimpinan maupun retorika. Meskipun para siswa siswi
dan pemuda yang mengikuti pendidikan karakter adalah mereka yang tergolong
remaja namun bila pelatihan seperti bila tidak di ajarkan tentu mereka hanya
akan melakukan apa yang dilihat dan di dengar dari lingkungan sekitar.
Sementara itu masih banyak ilmu yang harus di ketahui untuk di jadikan sebagai
pedoman apabila terjun kemasyarakat nantinya.
Pada
awal pertemuan kami berusaha menjelaskan apa tujuan dan maksud dari diadakanya
program pendidikan karakter ini. Setelah itu kami meminta kesepakatan waktu
dilaksanakanya kegiatan. Hal ini sengaja kami lakukan agar waktu dilaksanakanya
program kerja tidak mengganggu kegiatan para pemuda baik di oraganisasi maupun
pada kegitatan lainya. mudahnya penyesuaian diri untuk dapat berinteraksi
dengan semua pemuda yang ada merupakan salah satu faktor pendukung bagi kami
untuk melaksanakan program pendidikan karakter. Selain itu, ada beberapa faktor
pendukung ketika kami melaksakan program kerja ini. Adapun faktor-faktor
pendukung lain dari program ini adalah:
·
Antusias siswa siswi dan pemuda yang besar
dalam menerima materi.
·
Tersedianya fasilitas seperti ruangan,
whiteboard, kursi, dan lain sebagainya di kantor desa.
·
Adanya dukungan dari orang tua siswa dan
pemuda dalam pelaksanaan proram ini.
·
Kesediaan penanggungjawab baik koordinator
maupun anggota POSDAYA program untuk
membantu lancarnya kegiatan ini.
·
Tingginya motivasi siswa siswi dan pemuda
untuk mengikuti kegiatan baik pada saat penerimaan materi maupun pada saat praktek.
Sedangkan
faktor penghambat yang kami temukan pada program ini adalah :
·
Masih ada beberapa pemuda yang buta aksara
sehingga tidak dapat memahami apa yang ditulis.
·
Banyak pemuda yang merasa tidak cocok
bergabung dengan siswa siswi karena mereka tidak sekolah.
·
Seringnya matinya penerangan saat pemberian
materi sehingga pelaksanaan program harus di laksanakan ke esokan hatinya.
·
Ada beberapa siswa atupun pemuda yang
berlibur kedesa lain sehingga tidak dapat hadir pada saat berjalanya program
pendidikan karakter.
Meskipun
dalam pelaksanaan program masih terdapat faktor penghambat namum sampai
tercapainya target yang di tentukan kehadiran atau partisipasi para siswa siswi
dan pemuda sangat baik sehingga program pendidikan karakter dapat tercapai
sesuai target yang di tentukan. Kami menyadari hampir di setiap program kerja
pasti akan terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat. Namum faktor
penghambat yang kami temukan kami jadikan sebagai tantangan dalam pelaksanaan
program kerja. Dengan demikian segala kendala yang kami temui mendapatkan jalan
keluar. Selain itu, motivasi dari siswa
siswi dan pemuda yang begitu semangat dalam pelaksanaan program kerja ini
sangat membantu kami dalam menyelasikan progam sesuai target yang telah di
tentukan.
Adapaun
daftar nama siswa siswi dan pemuda yang mengikuti program pendidikan karakter
yaitu :
Tabel 1
Daftar
Nama yang Mengikuti Pendidikan Karakter
No
|
Nama
|
Keterangan
|
1
|
Nelawati.
Lambidju
|
Kelas
III
|
2
|
Melani.
Lanipi
|
Kelas
II
|
3.
|
Lavenia.
Madioh
|
Kelas
II
|
4
|
Selviance.
Kadeli
|
Kelas
III
|
5
|
Nice.
Lanipi
|
Pemudi
|
6
|
Vinny
Alvionita. Katili
|
Kelas
II
|
7
|
Novianti
|
Pemudi
|
8
|
Meylia.
L
|
Kelas
II
|
9
|
Alberto.
Sinolang
|
Pemuda
|
10
|
Jimi.
Ampile
|
Kelas
II
|
11
|
Novrianto.
Molilat
|
Kelas
II
|
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas maka dapat di simpulkan:
1. KKN
profesi adalah salah satu bentuk pengembangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan
merupakan bagian dari proses pendidikan yang erat hubungannya dengan pembinaan
mahasiswa dan pengembangan serta peningkatan masyarakat/pemerintah desa.
2.
Kepemimpinan merupakan suatu cara
atau karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin dalam memimpin suatu
lembaga atau organisasi baik formal maupun nonformal dalam mencapai tujuan
bersama untuk meningkatkat lembaga atau oraganisais yang dipimpinya. Sedangkan
pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh
atau orang yang di percayakan oleh oleh orang lain untuk mengatur,
membimbing atau membina orang lain dalam pencapaian tujuan bersama.
3.
Retorika
merupakan suatu seni yang dimiliki oleh seseorang dalam menggunakan
kata-kata untuk mempengaruhi orang lain agar apa yang di sampaikan dapat
mengubah pendengar baik secara pikiran maupun prilaku serta sikap. Terorika
memliki sifat berupa pidati tanpa, pidato menggunakan teks dan pidato dadakan dimana masing-masing memiliki
tujuan yang sama yaitu mempengaruhi orang lain. . Umunya pidato tertuju pada
empat maksud, yaitu : memberitahu (in
inform), menghibur (to entartain), memperkuat kepercayaan (to strengthen belief) dan
mengubah kepercayaan (to change belief).
4.
Pidato dapat di artikan sebagai seseorang
yang berbicara didepan umum baik secara lisan maupun tertulis. Pidato dikenal juga sebagai Public Speaking
dimana bertujuan untuk mebrikan informasi dan membujuk pendengar. Ada beberpa persiap diri yang dapat dilakukan
sebelum berpidati yaitu pemilihan topok, analisis terhadap hadirin, penelitian
terhadap topik, merumuskan tesis dan memperkenalkan masalahnya, memberi
dukungan terhadap masalah ucama, mengorganisasikan bahan pidato, menusun
kata-kata dan menyusu kesimpulan dan pendahuluan.
5.2 Saran
1. Apa
yang telah diberikan selama berlangsungnya program kerja pendidikan karakter
agar dapat diterapkan pada kehidupan bermasyarakat.
2. Diharapkan
agar apa yang telah di pelajari dapat diterapkan dan diberikan kepada adik-adik
generasi penerus sehingga pendidikan karakter dapat terus berlanjut dimasa
mendatang. serta apa yang telah dipelajari dapat dikembangkan.
3. Diharapkan
kepada pemerintah dan masyarakat setempat agar bisa menjadi kontrol sosial
kepada generasi muda melalui kegiatan pendidikan karakter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar