MAKALAH
PANCA SRADHA
OLEH :
I NYOMAN SUDIANA
B 501 10 016
JURUSAN PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLOTIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur saya
haturkan kepada Ida Sang Hiang Widhi Wasa. karena atas rahmat dan kehendaknhyalah sehingga saya
dapat menyusun makalah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Hindu yang merupakan salah satu
program dari Universitas.
Terima kasih saya ucapkan kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan
dorongan kepada saya sehingga dengan semangat dan berbagai usaha saya dapat
menyusun makalah ini. Meskipun ada beberapa rintangan dan masalah yang telah
saya lewati. Namun, semua itu saya
jadikan sebagai acuan untuk lebih menyempurnakan makalah yang saya susun ini.
Meskipun dengan berbagai usaha kami
menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa perlunya kritikan dan sarannya agar
makalah ini dapat lebih sempurna dari sebelumnya. Dengan segala kerendahan hati
saya memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kata – kata yang kurang berkenan di hati para pembaca.
Om
Santih, Santih, Santih Om
i
|
DAFTAR ISI PANCA SRADHA
KATA PENGANTAR.................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................................
1
B. tujuan.................................................................................................. 1
BAB II PERMASALAHAN.....................................................................
2
BAB III PEMBAHASAN
1. Percaya
akan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa....................
3 - 4
2. Percaya
akan adanya Atman........................................................
5 - 6
3. Percaya
akan adanya Karma Phala....................................................
7
4. Percaya
akan adanya Punarbawa.......................................................
8
5. Percaya
akan adanya Moksa......................................................
9 - 10
BAB IV PENUTUP
1.
KESIMPULAN.............................................................................
11
2. SARAN........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Telah beribu-ribu buku yang telah di
cetak oleh beberapa penerbit yang ada dibumi ini. Dan beberapa ahli telah
memperjelas setiap bahasan yang ada di kitab-kitab suci yaitu dengan tujuan
agar apa yang di jelaskan tersebut dapat di mengerti dan di percaya. Demikian
pula halnya dengan penjelasan mengenai Veda,
hampir setiap tahunnya di terbitkan mengenai penjelasan dan setiap penjelasan
di ulas kembali agar semakin rinci dan semakin mudah di mengerti.
Satu pokok bahasan saja dapat
menjadi beberapa buku, namun hal tersebut membuat beberapa orang bingung mana
lebih dulu yang di baca. Dengan hal tersebut saya berusaha meringkas dan
menyatukan beberapa materi yang terdapat di beberapa buku. Sehingga dengan
harapan pembaca dapat langsung memahami poin-poin yang penting. Namun bukan
berarti yang tidak kami tulis bukan sesuatu yang penting. Bukan demikian. Setelah mengetahui poin-poin yang akan kami
tulis pada bab berikutnya. Penjelasan yang ada pada sumber makalah ini sangat
penting untuk di baca agar semakin di mengerti dan sumber makalah ini
penjelasan mengenai bahasan yang kami tulis lebih akurat dan jelas.
TUJUAN
1. Untuk
melatih diri dalam memecahkan masalah yang sedang berkembang.
2. Melatih
diri agar dapat mengembangkan pikiran secara rasional
3. memebentuk
kepribadian yang mandiri agar tidak selalu bergantung pada orang lain.
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam pembuatan makalah ini ada
beberapa topik yang akan di jadikan sebagai bahasan dalam bab berikutnya antara
lain yaitu:
6. Percaya
akan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa
7. Percaya
akan adanya Atman
8. Percaya
akan adanya Karma Phala
9. Percaya
akan adanya Punarbawa
10. Percaya
akan adanya Moksa
BAB III
PEMBAHASAN
Panca Sradha berasal dari bahasa
sanksekerta yaitu urat kata Panca yang artinya lima dan Sradha artinya
keyakinan. Jadi, Panca Sradha adalah lima dasar keyakinan umat hindu dalam
memanfaatkan kehidupan beragama.
Panca Sradha terbagi menjadi lima
bagian yaitu :
1. PERCAYA AKAN ADANYA
SANG HYANG WIDHI WASA
Semua agama yang ada di dunia ini
percaya kepada adanya Tuhan yang maha esa. dalam agama hindu di kenal dengan
sebutan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kita mengetahui adanya Tuhan karena kitab
Veda mengatakan ada. Bila kita membaca kita agama maka kita di ajarkan untuk
percaya bahwa Tuhan itu ada. Pengetahuan kita tentang Tuhan itu ada berdasarkan
agama.
A. Tuhan itu Esa
Sang Hiang Widhi adalah Ia Yang Maha
Kuasa, Ia juga Maha Pengasih dan maha penyayang. Maha pelindung, Maha pencipta, maha kuasa alam
beserta isinya. Ia Maha ada. Sang Hyang Widhi menjiwai segala ciptaannya,
sebagaimana di ceritrakan dalam kitab suci Veda.
Dalam
kitab suci di katakan:
1.
Eko Dewah Sarwah Bhutesu Jitah
Artninya : Eka Dewah (=satu Tuhan),
Sarwa Bhutesu JItah(=ada diseluruh ciptaannya). Jadi hanya satu Tuhan dan
terasa pada seluruh ciptaannya.
2.
Ekam Ewa Adwitya Brahman
Kepercayaan atas keesaanTuhan dapat
pula kita baca pada kitab-kitab suci Veda, dengan mengetahui isi Veda, maka
kita mengerti bahwa agama hindu mengajarkan menyembah satu Tuhan. Tuhan itu
memiliki bermacam-macam sifat bentuk kekuasaan. Dewa adalah merupakan bentuk
sinar sucinya. Karena itu dikatakan dalam kitab suci Veda EKAM EWA ADWITYA BRAHMAN artinya: hanya ada satu Tuhan tidak ada
yang kedua.
3.
Akam Sat Wiprah Bahuda Wadanti
Artinya : Ekam = hanya satu. Sat =
kehendak Sang Hyang Widhi. Wiprah = orang bijaksana. Widanti= menyebutkan.
Balunda =banyak. Jadi Tuhan hanya satu oleh orang bijaksana menyebutkan dengan
banyak nama.
4.
Tuhan sumber kebenaran
Kebenaran merupakan hukum yang kekal
abadi. Orang yang mendapatkan kebenaran
yang tertinggi di sebut Dharmika.
B.
Sifat-sifat Tuahan Yang Maha Esa
Dalam agama hindu disebutkan
beberapa sifat Tuhan Yang Maha Esa yaitu
1.
Tuhan dengan tiga sifat kemahakuasaan
di sebut dengan gelar Tri Murti
A. Brahma
= Maha Pencipta
B. Wisnu
= Maha Pemelihara
C. Siwa
= Maha Pemralaya
2.
Tuhan dengan delapan sifat
kemahakuasaanya di sebut dengan Asta
Aiswarya
A.
Anima = Maha Kecil
B.
Lagima = Maha Ringan
C.
Mahima = Maha Besar
D.
Prapti = Mencapai segala tempat
E.
Prakamya = Mencapai segala kehendaknya
F.
Isitwa = Maha Raja / Raja Diraja
G.
Wasitwa = Maha Kuasa
H.
Yatra Kamawasayitwa =
segala kehendaknya tak ada yang dapat menentang atau menghalangi beliau.
3.
Tuhan dengan empat sifat
kemahakuasaanya di sebut dengan gelar Cadu
Sakti
a) Prabu
Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Kuasa
b) Wibhu
Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Ada
c) Jnana
Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Tahu
d) Karya
Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Karya
2. PERCAYA AKAN ADANYA
ATMA
Atman adalah percikan –
percikan terkecil dari Brahman (Tuhan), jika di ibaratkan sama dengan
percikan-percikan sinar yang bersumber dari matahari, kemudian terpancar
menerangi segala pelosok alam.
Setelah atman memasuki Angra Sarira
(badan) makhluk, maka makhluk menjadi hidup
kemudian di sebut “makhluk hidup” yang di sebut dengan “jiwa raga”.
Fungsi atman terhadap badan wadah dapat di ibaratkan seperti matahati dan bumi.
Matahari yang memberikan kehidupan (Atman) sengankan bumi adalah badan wadah
yang memberikan kehidupan.
Dalam
Bhisma Parwa ada di sebutkan hubungan Atman dengan badan wadah sebagai berikut
:
Kadi Rupa
Sang Hyang Aditya yan
Praksa
niking sarwa loka
Mangkala ta
Sang HYang
Atman
Prakasanaken niking
Sarira sira
ta
Marganiya
mawenang
Maperewerti
Terjemahan :
Sebagai rupa
dan keadaan Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikian Sang Hyang Atma
menerangi badan, dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.
|
Oleh karena Atman merupakan bagian
dari Brahman ( Tuhan) maka sifatnya sangat gaib (parama suksma) sebagai
sifat-sifat Brahma (Hyang Widhi). Adapun sifat atman di nyatakan dalam
Bhagavadgita bagian II, sloka 24,25 sebagai berikut:
v Acchedya
: tak terlukai oleh senjata
v Adahya
: tak terbakar oleh api
v Asosya
: tak terkeringkan oleh angin
v Akledya
: tak terbasahkan oleh angin
v Nitya : kekal abadi
v Sarvagatah : ada di mana-mana
v Sthanu
: tak beripindah-pindah
v Acala : tak bergerak
v Sanatana : selalu sama
v Avyakta : tak di lahirkan
v Acintya : tak terfikirkan
v Avikara : tak berubah dan sempurna. Tidak
laki-laki dan perempuan.
3. PERCAYA ADANYA KARMA
PHALA
Karma phala berasal
dari bahasa sanseketa, dari akar kata “Kr” yang artinya berbuat, bekerja,
bergerak, bertingkah laku. Sedangkan phala adalah buah atau hasil. Jadi karma
phala adalah buah atau hasil dari perbuatan.
Karma phala berpangkal dari 3 sumber
yakni : “manah karma” perbuatan yang di lakukan oleh pikiran, “wasa karma”
perbuatan yang di lakukan dengan cara berbicara, dan “kaya Karma” perbuatan yang di lakukan secara fisik atau
jasmani. Buah dari pikiran, perkataan danperbuatan yang dilakukan oleh
manusia merupakan suatu karma dan setiap
karma pasti ada akibatnya. Perbuatan yang baik akan menghasilkan phala yang
baik, perbuatan yang buruk akan menghasilkan phala yang buruk pula. Berdasarkan
inilah timbul istilah hukum Karma
Phala yaitu hukum yang mengatur sebab
akibat aksi dan tekasi dimana sebab di situ pasti akan terjadi akibat.
7
|
Kata punarbawa berasal
dari bahasa sansekerta “punar” yang berarti kembali dan “bhawa” berarti
menjelma. Degan demikian punarbawa adalah kelahiran atau panjelmaan kembali
kedunia.
Jiwa dan roh tidak selamanya di neraka ataupun di surga, ia akan lahir
kembali kedunia ini. Kelahirannya di dunia ini menurut karma yang ia perbuat.
Bila baik yang di lakukan pada kehidupanya dahulu maka ia akan menjadi orang
yang sangat Darmawan, namun apabila pada masa lalu ia selalu malakukan
perbuatan yang jahat maka ia akan lahir menjadi orang yang penuh hinaan. Dan
tidak memungkinkan ia akan lahir menjadi seekor Binatang atau tumbuhan. Semua
itu di akibatkan oleh Karmawasananya.
Terjadinya punarbawa di sebabkan
oleh Karma Wasana yang merupakan bekas-bekas dari perbuatan apakah perbuatan itu baik ataupun buruk.
Punarbawa merupakan kesempatan emas untuk berkarma, karena hanya di dunia ini manusia dapat berbuat
sementara di akhiran tinggal menikmati hasilnya. Itu sebabnya tujuan menjelma
kedunia ini adalah melebur kesengsaraan itu menjadi kebagahagiaan dengan jalan
berbuat yang baik.
Dalam kitab Sarasamuccaya sloka 4 di
nyatakan sebagai berikut:
Apang ikang dadi wwang, uttama
juga ya,nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara
makasadhanang subhakarma,
hinganing Kottamaning dadi wwang
ika
Terjemahan :
sebab sebagai manusia sungguh utama juga karena itu, ia dapat
menolong dirinya dari keadaan samsara dengan jalan karma yang baik,
demikian keistimewaan menjelma manjadi manusia
|
5. PERCAYA AKAN ADANYA
MOKSA
Moksa berasal dari akar
kata “muc” yang berarti kelepasan, kebebasan, dan kemerdekaan. Adapun yang
dimaksud dengan kebebasan dalam
pengertian yang di kandung pada kata moksa adalah terbebasnya atman dari
ikatan-ikatan keduniawian dan pengaruh maya lainya sehingga dapat bersatu
dengan Sang Hyang Widhi. Moksa merupakan tujuan terakhir dari seluruh umat
hindu. Sebagaimana di terangkan dalam tujuan umat hindu yakni “ Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma”
artinya mencapai kebahagiaan batin dan
kesejahtraan jasmani dengan jalan dharma”
Dalam agama hindu terdapat empat
cara untuk mencapai moksa. Keempat cara itu disebut “Catur Marga” atau sering
di sebut “Catur Yoga”. Memiliki istilah yang berbeda namun dengan arti yang
sama.
8
|
Adapun bagian dari catur marga
yaitu:
1.
Bakti Marga
Adalah cara atau jalan untuk
mencapai moksa melalui cara sujud bakti
dengan di landasi rasa cinta. Penganut Bhakti Marga di sebut dengan
“Bhakta”.
2.
Karma Marga
Adalah cara atau jalan untuk
mencapai moksa dengan kerja tanpa pamrih tanpa ikatan, penuh dengan pengabdian
untuk kesejahtraan makhluk hidup. Penganut Karma Marga di sebut “Karmin”.
3.
Jnana Marga
Adalah jalan atau cara mencapai
moksa berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan
baik pengetahuan duniawi (Apara Vidya) dan pengetahuan tentang Brahman
(Para Vidya). Penganut Jnana Marga disebut “Jnanin”.
4.
Raja Marga
Adalah jalan atau cara mencapai
moksa dengan cara pengendalian diri, kosentrasi, yoga dan samahi dalam tingkat yang lebih tinggi.
Penganut Raja Marga disebut “Yoga”.
Seorang yogin akan dapat mencapai
kemanunggalan dengan Tuhan bila sukses melakukan Astanga Yoga yagn di ajarkan
oleh Rsi Patanjali. Asta Yoga adalah delapan tahapan untuk melaksanakan Yoga seperti:
Yama : Pengendalian diri terhadap
indria
Niyama : Kewajiban pada diri sendiri
untuk mengendalikan diri
Asana : Mengatur sikap duduk yang
baik dan disiplin
Pranayama : Mengatur pernapasan dengan sempurna
Pratyahara : Mengontrol semua indria untuk di
pusatkan
Dharana : Penyatuan pikiran dalam tahap
yang lebih intensif dan terpusat
Samadhi : Penyatuan/ panunggalan Atman
dengan Brahman
|
9
|
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Panca sradha merupakan lima macam
keyakinan umat hindu dalam mencapai kehidupan beragama. Kelima hal ini
merupakan hal yang abstrak dan ril yang harus di percaya dalam kehidupan
Keberadaan Tuhan tidak dapat ketahui
namun dapat kita rasakan. Tanpa adanya Beliau maka semua yang ada sekarang
tidak akan adapula. karena keKuasaan dan Keagungan beliaulah membuat semua ini
ada. Beliau sama halnya seperti angin yang menghidupkan semua makhluk yang ada
di dunia ini. Meski angin tidak dapat kita lihat namun semua orang mengtahui
bahwa angin itu ada. Demikianlah keberadaan tuhan yang Agung itu.
Karena kesucian yang dimilki oleh Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, maka kita sebagai manusia tidak mampu untuk melihat beliau. Seperti
yang di jelaskan pada bab sebelumnya bahwa kelahiran kita sebagai manusia
adalah suatu kesengsaraan. Karena kelahiran ini adalah hasil dari Karmawasana
yang masih mengotori Jiwatman kita. Kelahiran ini harus kita gunakan sebaik-baiknya
untuk berbuat baik agar kita bisa mencapai tujuan akhir yaitu Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma
yaitu mencapai kebahagiaan batin dan
kesejahtraan jasmani dengan jalan dharma.
SARAN
Semua yang ada di dunia ini adalah
karena Kuasa Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas yajna Beliaulah dunia ini terciptakan dan kita adalah sebagian
dari yajna beliau. Maka kita sebagai satu-satunya ciptaan Tuhan yang di berikan
akal pikiran harus menjaga apa yang telah Beliau berikan. Dan harus berbuat
sesuai dengan ajaranya yaitu sesui sengan Veda.
DAFTAR PUSTAKA
Sutresna,
I Made. Dkk. 2004. Buku Pelajaran Agama
Hindu. Surabaya: Paramita
Kajeng,
I Nyomna. 2010. Dkk. Sarasamuccaya. Surabaya:
Paramita
Tangkas,
I Made. 2010. Buku Ajar Agama Hindu. Palu:
…………….
Sura,
I Gede. 1933. Pengendalian Diri dan
Etika. Jakarta: Hanuman Sakti
12
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar